Yui
masih saja terbaring dipangkuan Hyuga.
“Hyuga,
Ryu, kenapa aku tidak merasakan tanganku?” tanya Yui menahan sakit.
“Kau
tidak merasakan ini,” kata Ryu yang segera memegang tangan Yui.
“Ia
Ryu, aku tidak bisa merasakan ini,” kata Yui, “Aku kehabisan darah?” tanyanya.
“Jika
darahmu habis, ada darahku dan darah Hyuga,” kata Ryu.
“Darahku
banyak kok, tenang saja,” kata Hyuga yang daritadi meminta bantuan.
“Seandainya
aku tak gegabah, aku mungkin tidak akan tertembak,” kata Yui sambil tersenyum.
“Ah!
Sudah jangan dipikirkan,” kata Hyuga.
Sekitar
beberapa menit kemudian petugas penyelamat datang dan mulai membawa Yui ke
tempat aman. Ryu dan Hyuga kembali menyusuri setiap lorong yang gelap dengan
sebuah light stick berwarna merah.
“Ryu,
sebelah sana, ada ruangan yang terlihat terang,” kata Hyuga sedikit berbisik.
“Ok,
kita ke sana, pakai helmmu, kita akan mencobanya,” kata Ryu yang mengeluarkan
helm lalu memakainya.
Mereka
dengan perlahan berjalan ke arah ruangan itu, Ryu mengangkat tangan dan
menggenggam menandakan Hyuga harus berhenti. Ryu dan Hyuga mempersiapkan
senjata buatannya RX340.
Rentetan
seratus peluru menguasai sunyi di ruangan itu. Namun, hanya sebuah memo di
sebuah kursi yang bertuliskan “Carilah aku semampumu, fokus dan bertahan.” Melihat
kertas itu, Ryu dan Hyuga meninggalkan ruangan dan berlari menuju Kapten Roy.
“Kapten,
kami tidak menemukan pemimpinnya!” ucap tegas Ryu.
“Sudah,
kita akan kembali ke kota untuk beristirahat dan menyiapkan pasukan jika ada
serangan yang datang,” kata Kapten Roy.
Seluruh
pasukan kembali ke kota. Hyuga dan Ryu berada satu mobil dengan Yui yang
terbaring lemah di pembaringannya. Hyuga dan Ryu memengan tangan Yui di kedua
arah. Ryu sebelah kanan dan Hyuga disebelah kiri. Perjalanan ke kota Tokuro
tidaklah memakan waktu. Suara pesawat melintas di atas mereka.
Kota Tokuro~~
“Semua
pasukan yang terluka bawa ke ruang medis, seluruh pasukan boleh beristirahat,
malam kita penuh dengan darah,” kata Kapten Roy. “Kita belum pemimpinya,
mungkin mereka takut,” tambah kata Kapten sambil tertawa dan meminum air yang
ada di hadapannya.
Seluruh
pasukan melepas lelah dengan berbaring di halaman istana, tapi Ryu dan Hyuga
bergegas ke ruang medis untuk melihat keadaan Yui yang sedang mengelami
pendarahan.
“Senjata
ini hebat!” kata Hyuga memperlihatkan RX340.
“Umm?”
Yui setengah sadar.
“Kau
masih tak kuat? Apalah?” kata Hyuga
mencubit pipi Yui.
Untuk
pertama kalinya mereka betiga tertawa lepas seperti sekarang. Di balik pintu,
Key, Agito, dan Obito berdiri sambil menenteng RUZ900.
“Baru kali ini kami melihat kalian tertawa,” kata Agito.
“Kalian tampak keren dengan canda tawa kalian itu, oh ya kenapa bisa
Yui tertembak?” tanya Key.
“Aku yang gegabah untuk masuk ruangan duluan,” kata Yui.
“Ryu, Hyuga, kau hebat! Human Strenght bukan kelompok penentang
robot, kelompok Human Strenght adalah kita, pembuat kedamaian,” kata Key.
“Ah, sudahlah, kelompok itu sudah tiada,” kata Ryu.
“Betul, kami adalah bagian dari kota ini, kami telah mengikhlaskan
kepergian orang tua kami,” tambah Hyuga.
Akhirnya, kota Hyuka hancur oleh serangan kota Tokuro. Pemimpin kota
Hyuka Raja Jiwop Hoss dan pemimpin pasukan perang Kapten Levi tidak ditemukan. Kerusakan
di kota Tokuro dengan cepat diperbaiki kembali, kehidupan di kota Tokuro normal
kembali. Tanpa adanya lagi peperanan, musuh lama telah hancur kembali.
[Tamat]
Post a Comment