Bukan Menjadi Kita (Part 2)

           Siang itu dipenuhi dengan canda dan tawa Farah dan Andy, jauh di pinggir gedung dekat taman. Lelaki sedang bersedih hati, melihat Farah, wanita yang ia sukai sedang bersama dengan Andy. Jika dibanding-bangingkan, Zackhy jauh dibawah Andy. Zackhy adalah pribadi yang tidak tenang, dia tidak mengemban prinsip kertas putih, karena memang ia tidak tau. Jangan kira dengan keadaan itu, Zackhy menyerah. Tapi, dari hal itu Zackhy selalu punya semangat untuk bisa membuat Farah tertarik padanya.


“Ndy, itu Zackhy ya?” tanya Farah.
“Yang mana?” Andy tidak melihat Zackhy.

Zackhy meninggalkan mereka berdua di taman. Dengan kesal berjalan sambil mulut komat-kamit mengoceh sendiri, “Mentang-mentang kamu keren,” terhenti saat Farah ternyata sudah berada di depannya.

“Hai, tadi kenapa?” tanya Farah.
“Nggak …, nggak kok,” jawabnya.
“Ooh …, marah?” tanya Farah sekali lagi.
“Buat apa?” tanyanya sambil meninggalkan Farah.
Farah tak melanjutkan pembicaraannya dan membiarkan Zackhy lewat. Salah satu modus lelaki adalah berpura-pura membuat wanita itu merasa bersalah, agar mencoba mencari simpati dari wanita itu. Tapi, apakah modus itu akan berhasil pada Farah?

“Farah, ayo masuk kelas,” panggil Andy yang menunggu di taman.
“Ia, tunggu-tunggu,” jawab Farah mempercepat langkahnya.

Saat kata “aku” dan “kamu” menjadi “kita” adalah sesuatu yang sangat ditunggu oleh para remaja yang masih muda dan terlalu mengerti mencintai dan dicintai. Agama saja melarang pacaran, karena pacaran itu adalah jalan menuju zina, meski kita tak menyadarinya.

Bersambung …

Post a Comment