“Hai Tara, kok lesuh amat mukanya?” sapa Tiara.
Sapaan itu sudah tak asing lagi bagi Tara. Iya Tiara adalah sahabat Tara sejak SMP. Mereka telah lama bersahabat, pahit manisnya kenangan mereka, suka duka kebersamaan mereka. Tara dan Tiara kini sudah akan menyelesaikan sekolah menengah akhirnya.
“Iya hai juga Tiara sahabatku, yah jelaslah gue dari udah dari tadi nunggu di sini”, kata Tara kesal.
“Maaf yah, aku tadi ada tugas dari Ibu”, kata Tiara sembari duduk di samping Tara.
“Berhubung loe sahabat gue, gue masih maafin loe!!” kata Tara sambil mencubit pipi Tiara.
“Ihhh udah donk, sakit tau!” pinta Tiara sambil melepas cubitan Tara.
Kebersamaan mereka kelihatan melebihi kata sebatas sahabat melainkan bagai pacaran. Mau ke kantin bersama, ke perpustakaan bersama, lah mereka juga sekelas. Kayak surat dengan perangko yang tidak lepas-lepas. Teman-teman mereka selalu saja menganggap mereka berpacaran, namun mereka tidak mengubris argument teman-teman mereka. Yang ada dipikiran mereka hanya ingin bersama dan tak ingin berpisah.
Namun semua berubah semenjak Tiara berpacaran dengan Reyhan. Tiara tidak pernah bercerita tentang hubungan dengan Reyhan. Tara kaget dan shock ketika mengetahui bahwa Tiara berpacaran dengan Reyhan. Tara langsung mendatangi Tiara.
“Hai, ada yang mau aku tanyai nih!” kata Tara seperti biasanya.
“Apaan Ra?” kata Tiara.
“Kamu pacaran yah dengan Reyhan, setegah inikah kau Tiara. Menyembunyikan semua itu, aku sungguh tak menyangka Tiara!”, ucap Tara penuh kesal.
“Hah, apa maksudmu Ra?”, kata Tiara pura-pura tak tau apa-apa.
“Gak usah sok gak tau deh!, aku benci kamu Tiara, jangan pernah dekat dengan aku lagi. Aku benci kamu Tiara”.
Tiara hanya dapat terdiam dan menatap Tara. Meski memang tak dapat di pungkiri, Tara jatuh cinta kepada Tiara. Tiara hanya dapat menangis dan berjalan meninggalkan Tara. Tiba-tiba Tara berteriak “Aku sayang kamu Ra, aku suka kamu lebih dari sahabat, Cuma itu yang aku mau Ra, ngengungkapin itu Ra!!!”. Kini Tara sungguh tak karuan.
“Tara, kita udah lama sahabata, kenapa kamu…??”, kata Tiara terisak karena tangisnya.
“Kenapa? Apa aku tak pantas untukmu? Kalau begitu aku akan menjauhimu hingga aku dapat melupakan rasa ini Ra!”, kata Tara sambil berlari meninggalkan Tiara.
Setelah kejadian itu, mereka tidak pernah lagi bersama. hari-hari indah saat mereka bersama tak pernah lagi terajdi. Tara sangat sakit saat mengetahui bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan. Kini Tara focus menghadapi ujian nasional yang akan mereka hadapi nantinya, begitu juga Tiara yang sibuk menghadapai ujian nasional. Terkadang Tara ingin meminta maaf kepada Tiara. Namun, rasa sakit yang di rasakan Tara tak dapat melakukan itu. Sakit, sakit, dan sakit yang di rasakan Tara.
**
2 minggu kemudian.
Tibalah hari pengumuman hasil Ujian dan semua siswa di sekolah Tara lulus dengan nilai yang cukup baik. Setelah itu Tara tak pernah bertemu Tiara lagi. Mereka terpisahkan oleh ruang. Mereka kini akan melanjutkan sekolah ke universitas yang berbeda. Sakit yang Tara rasakan tak sampai di sini saja. Tara masih saja merasa sakit tentang kejadian itu, entah harus apa lagi yang harus di lakukan Tara untuk dapat melupakan Tiara.
**
10 tahun kemudian.
Hari ini Tara akan berkerja di sebuah rumah sakit dan Tara tak tau kalau rekan kerjanya adalah Tiara. Iya Tiara juga menjadi dokter di rumah sakit yang sama. Pertemuan ini membuat Tara dan Tiara kaget.
“Tara??”, kata Tiara.
Tara hanya terdiam sambil menatap Tiara.
“Hei kok bengong, dah lama gak ketemu yah?”. Kata Tiara
“Iya, dah lama banget!”
“Oh iyaa, minggu depan aku ingin ngerayain keberhasilanku bisa berkerja di sini dan di lanjutkan dengan acara pertunangan aku dengan Reyhan”. Kata Tiara.
“Iya….”, Tara hanya dapat terdiam kembali.
Setelah itu mereka berpisah.
**
1 minggu kemudian
“Aku harus cepat berangkat meski rasanya sakit”, katanya dengan pelan. Tara langsung berangkat naas Tara kecelakan dan koma. Ia kehilangan banyak darah. Saat mengetahui hal itu Tiara meninggalkan acaranya dan langsung menuju rumah sakit tempat Tara di rawat.
Detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari Tara belum sadar juga. Tiara sangat sedih melihat keadaan Tara. Sebagai seorang dokter dia pun telah berbuat sesuai kemampuannya. Mungkin alat pacu jantung dan Inpus yang bisa menghidupkan diri Tara di dalam sana. Tak lama kemudian Tara menghembuskan nafas terakhirnya saat Tiara baru datang menjenguknya siang itu.
Tiara membuka pintu dan memeriksa denyut nadinya dan ternyata Tara sudah pergi. Tiara menangis dan mengoyangkan tubuh Tara.
“Tara.. jangan tinggalin aku, aku .. aku akan tetap jadi sahabatmu. Maafkan aku yang sudah berbohong padamu dulu”, kata Tiara memeluk tubuh Tara. (SELESAI)
Post a Comment