Bidadari yang jatuh dari surga

         Kini aku telah kelas dua SMA, salah satu sekolah ternama di kota besar yang jauh dari kota kelahiranku. Aku akan weekend di kampung halamanku, aku rindu ibu, aku rindu ayah. Di sekolahku di sediakan asrama, jadi aku tinggal di situ. Minggu depan sudah penerimaan rapor dan Ayah bersama Ibu akan datang menjemputku.

Suara hapeku berbunyi yang menandakan ada panggilan masuk dan ternyata itu telepon dari Ibu.
“Assalamualaikum nak”, kata Ibu.
“Walaikummusallam Ibu”, kataku dengan senang.
“Bagaimana kabarmu nak? Ibu akan datang minggu depan nak.” kata Ibu.
“Baik Bu, Iya Bu aku tunggu Ibu kok”, kataku.
“Kalau gitu udah dulu yah nak? Ibu mau masak untuk Bapakmu”, kata Ibu
“Iya Bu.. Assalamialaiku..”
Tttt… Ibu langsung nutup telponnya padahal aku belum selesai ucapain salamnya. Dua minggu kemudian tibalah hari penerimaan rapor dan Alhamdulillah aku berada di peringkat 7.  Setelah menerima rapor aku, ibu dan ayah. Di perjalanan aku hanya mendengar music. Terbisit pertanyaan dibenakku.
“Yah?, gimana sekarang di rumah? Ada perubahan?” tanyaku.
“Nanti aja dilihat, kamu akan tau sendiri kok nak”, kata ayah tersenyum kepadaku.
“Lah, Ayah kok gitu?” tanyaku merengek.
Ayah hanya tersenyum kepadaku.
**
Kami sampai di rumah. Tepat pukul 3 sore, aku langsung masuk dan melihat kamar yang udah aku tinggalkan lama. Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang dan tak sengaja aku melihat foto-fotoku bersama para sahabatku. Aku mau ketemu sama mereka, namun aku tak tau dimana aku dapat bertemu mereka. Aku mengingat-ingat dimana aku biasa berkumpul bersama sahabatku dulu. Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil sepeda dan meminta izin untuk menuju taman.
Sesampai disana, betul, aku sangat bahagia, aku bertemu dengan mereka. Aku langsung berlari kearah Boi, Rehan, Andra, Nada, dan Naila. 
“Hey… lama gak ketemu yah?” sembari berjalan menuju ke arah mereka.
“Hey.. Zackhy, iya lama yah gak ketemu!” kata Rehan.
“Gimana sekolahnya?”,tanya Andra.
“Yah.. lumayan, dapat teman dan pengalaman baru”, kataku sambil merangkul mereka.
“Hei.. masih ingat kami?”, tanya Nada dan Naila.
“Wah.. masa aku gak ingat kalian, kalian tuh sahabat aku!”. Kataku.
“Aku kira kamu udah lupa sama kami”, kata mereka sambil tersenyum.
“Iyaa….”, kataku sambil tersenyum.
Setelah itu, kami pergi berkeliling taman. Menceritakan apa-apa saja yang terjadi semenjak kepergianku dulu. Aku melihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 17.00. aku minta pamit kepada teman-temanku dan pergi mengambil sepeda yang aku pakai tadi lalu pulang ke rumah.
**
Sesampai di rumah, aku langsung duduk di teras dan kembali memutar lagu kesukaanku. Tak berapa lama kemudian, dia langsung lewat di depan rumahku. Aku tak tau siapa dia dan tidak tau dimana ia tinggal, aku langsung berkata, “mungkin dia bidadari kale yah?, baru jatuh dari surge kale”. Kataku sambil tertawa.
“Zakchy… Zakchy… sini dulu nak!” kata ibu memanggilku dari dapur.
“Iya bu tunggu!”, kataku sambil menuju ibu.
“Ky ini dibawa ke rumah Ibu Yeni yah”, kata ibu.
“Tepatnya dimana bu, aku kan gak tau”. Kataku
“Rumahnya itu di samping warung Ibu Ratna, kamu taukan?, rumahnya tuh warna kuning”. Kata ibu menjelaskan.
“Oki Dokki Bu.., Zakchy pergi dulu yah”. Kataku semabri meninggalkan Ibu.
Sesampai di rumah Ibu Yeni aku kaget. Tak dapat berkata apa-apa, hanya dapat terdiam di depan rumah Ibu Yeni. Tiba-tiba Bidadari itu ada di depanku, entah mungkin takdir atau apalah yang jelas ini suatu hal yang sangat dapat kujelaskan.
“Hei… nyari siapa?”, kata bidadari itu.
Aku kaget dan langsung menjawabnya.
“Yah.. aku nyari Ibu Yeni, apakah Ibu Yeni ada?”, kataku.
“Ooo Ibu?, Ibu lagi didalam tuh”, katanya.
“Oh ini ada titipan dari Ibu aku”, kataku sambil memberikan yang ibu beri ke aku.
“Kamu anaknya Ibu Rima yah?, kenalkan namaku Sarah”, katanya memperkenalkan diri.
“Iya.. Oh, kalau aku Zakchy, aku pulang dulu yah dah malam nih?” kataku .
“Iya… hati-hati di jalan yah”, katanya.
**
Sesampai di rumah aku langsung mengambil air wudhu untuk sholat magrib. Kemudian aku langsung pergi ke ruang makan karena makanan udah ibu siapkan. Aku makan dengan lahap makanan yang ibu buatkan buat aku. Yah maklumlah makanan kesukaanku. 
Aku anak tunggal di dalam keluarga ini, yah maklumlah kalau aku tuh agak di manjain oleh orang tua aku. Aku beruntung bisa berada di keluarga yang damai ini. Tanpa konflik sama sekali. Hanya ada kebahagian dan ketenangan.
Tiba-tiba Ibu bertanya kepadaku.
“Ky, sudah kamu berikan?, kataku.
“Iya bu. Bu, Ibu Yeni itu baru pindah yah?, tanyaku.
“Iya nak, baru pindah 2 bulan lalu. Dan kebetulan Ibu Yeni tuh teman Ibu waktu SMA dulu,’ kata ibu menjelaskan.
“Sarah?, anak Ibu Yeni kan?”, kataku
“Iyaa… kamu naksir yah?” kata ibu sambil tertawa.
“Waaduh, Ibu ada-ada aja deh”, kataku tersenyum.
**
Dari perkenalan itu aku dan Sarah menjadi sahabat yang akrab, aku akan kembali sekolah dua minggu ke depan. Jadi aku tak akan melewatkan sehari tanpa bersama Sarah. Kami selalu bersama, aku biasa ke rumah Sarah untuk bertemu dengannya atau berbicara tentang cerita kami di sekolah masing-masing. Memang sih, aku lebih tua satu tahun dari Sarah. 
Seminggu telah berlalu, perasaan aneh mengendap di benakku. Entah apa itu, setiap aku bertemu dengan Sarah hatiku berdegup dengan cepat. Padahal biasa tidak. Atau mungkin betul kata Ibu, aku suka sama Sarah. Ah mana mungkin. Makin hari kian tak menentu perasaanku ini. Entah apa yang mendorong ini terjadi. Aku mengungkapan perasaan anehku ke Sarah.
“Sarah, aku suka sama kamu”, kataku spontan.
“Hah?, maksud kamu?”, kata Sarah kaget.
“Iyaa aku suka kamu, aku mau jadi pacar kamu, apakah kamu mau jadi pacar aku?”, kataku
“Sebenernya aku juga suka sama kamu, tapi.” Katanya
“Tapi apa?, karena aku sekolahnya jauh gitu?
“Iya…”, katanya.
“Aku janji kok gak bakalan berpaling ke wanita lain, kalau kamu juga berjanji begitu ma aku. Tidak berpaling ke lelaki lain” kataku sambil mengenggam tangannya.
“Baiklah, aku mau kok jadi pacar kamu”, katanya sambil berlari masuk ke rumahnya.
Aku langsung berjalan pulang ke ruma dengan persaan yang sangat bahagia. Hari-hari bahagia pun mengitari kehidupanku saat ini. Telah lengkap rasanya hidupku. Aku mempunyai orangtua yang sayang ama aku dan Sarah yang juga sayang aku.
**
Tak terasa, hari ini aku harus kembali ke asrama. Sebelum naik ke mobil, aku melihat Sarah berdiri di depan rumahnya. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke arahnya dan memeluknya dengan kehangatan cinta dan kasih sayang. Setelah itu aku pamit dengan Sarah. Lalu berjalan menuju mobil dan meninggalkan kota kelahiranku. Aku berteriak melalui jendela mobil, “Aku sayang kamu, aku akan kembali untuk kamu Sayang!” (SELESAI).

Post a Comment