Masih adakah maaf buatku?

         Ku berjalan diatas jalan setapak menuju taman untuk mencari ketenangan membaca novel. Angin bertiup dengan sepoi-sepoi membuat rerumputan bergoyang mengikuti ke mana sang angin bertiup. Aku mengingat kesalahanku itu, yang membuat Tiara marah padaku. Aku sudah berusaha minta maaf padanya tapi, dia tidak merespon apa yang aku katakan. Aku hanya bagaikan patung yang berdiri ditengah taman ini.
Kini aku duduk didepan patung itu, sore ini ada banyak orang di taman, tetapi, aku merasa hanya aku yang berada di taman ini. Seandainya aku tidak melakukan itu kepada Tiara mungkin sekarang Tiara sedang duduk disampingku dan bercanda bersamaku. Tetapi, hal itu hanya tinggal angan yang tak akan pernah tercapai. Kuputuskan untuk kembali ke rumah dan menenangkan diri di kamarku.
Aku berfikir untuk meminta maaf kepada Tiara. Tapi, bagaimana caranya. Aku bingung. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari menuju rumah Tiara yang berjalan 2 blok dari taman ini. Sesampai disana aku tak melihatnya. Tak berapa lama kemudian Tiyo temanku datang datang bertanya.
“Nyari siapa Ky?”, sahutnya.
“Nih lagi nyari Tiara!, ingatkan aku buat dia marah?”
“Wah iya aku ingat, kamu kelewatan sich bercandanya Ky”
“Yah akukan udah berusaha meminta maaf ke dia Yo” kataku
“Berusaha aja agar dia mau temanan lagi ma kamu, aku dukung kok, dengan do’a”, sambil tertawa sedikit.
“Ok Yo..”
“Kalau gitu aku pergi dulu yah, dah telat nih”, katanya
“Ok…” katanya.
Sembari menunggu aku membaca novel yang dari tadi aku bawa. Tak lama kemudian mobil Tiara datang. Tapi aku tak melihat Tiara saat turun dari mobil. Aku berjalan pulang ke rumah dengan wajah yang kusam dan lesuh.
Sesampai di rumah aku langsung mengambil handphone ku dan mengirim pesan singkat kepada Tiara. Aku berpikir lebih baik aku menelpon saja. Tapi, saat kumenelponnya hanphonenya tidak aktif. Aku semakin bingun bagaimana caranya. Di sekolah dia selalu saja menjauhi, tapi besok akan ku coba untuk mengatakan maafku sekali lagi kepadanya.
***
Saat di sekolah aku berusaha mendekatinya. Tetapi, dia selalu menjauhiku. Aku langusng berlari dan meraih jemarinya. Rasanya dunia berputar saat ku melakukannya, kami berhenti berjalan dan Tiara berbalik dengan mata yang menatap tajam ke arahku dengan wajah yang marah.
“Apa sih mau kamu, belum puas nyakitin hati aku?” bentaknya
“Tiara please, maafkan aku. Aku khilaf ngelakuin itu,” kataku
“Lepas tanganku dari jemarimu!” sambil menarik jemarinya yang ku genggam erat.
“Aku tak mau melepas genggaman ini, sebelum kamu mau memaafkan aku Ra”.
Dia langsung menghempaskan tanganku dengan kuat, rasanya agak sakit. Dia langsung pergi meninggalkanku di koridor sekolah. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi. Hari ini Ibu Liah yang mengajar, guru yang biasa kami temani curhat, asyik punya guru kayak Ibu Liah. Aku memberitahu Ibu Liah tentang aku dan Tiara. Kami langsung di suruh Ibu Liah berdiri di depannya.
“Tiara, ada masalah apa yang terjadi di antara kalian,” kata Ibu Liah.
“Gak kenapa-napa kok Bu,” kata Tiara.
“Terus kenapa kamu gak nemenin Zhaky ngomong?”, kata Ibu membentak.
“Gak bu, aku selalu nemenin Zhaky ngomong”, kata Tiara sembari menatapku.
“Zhaky, apakah salah jika aku tak ngajak kamu ngomong”, bentaknya.
“………………….” Aku hanya terdiam menatapnya.
Setelah itu, kami kembali ke tempat duduk dan aku hanya terdiam sambil menatapnya. Sepulang sekolah aku langusng ngirim sms kepada Tiara. ‘Tiara maafkan aku” kataku sembari berulang-ulang mengirimnya.
Dentingan suara nada tanda pesanku rasa ingin memecahkan gendang telingaku. Tetapi, tak mengapa aku langsung membacanya. Dengan jawaban yang super singkat yakni “ya” itu tidak dapat mengembalikan segalanya.
Sekitar seminggu, kejadian ini sangat menyiksaku. Tetapi, saat akan menuju rumah Ibu Liah yang sedang sakit, Tiara memintaku untuk menjemputnya ketika ingin ke rumah Ibu Liah. Jelas ku mengiakan saja, karena kejadian langkah ini jarang terjadi. Di perjalanan kami bercerita tanpa mengingat apa yang pernah terjadi.
Sesampai di rumah Ibu Liah. Kami langsung masuk karena teman-teman yang lain udah dari tadi datang. Ibu Liah kaget melihat apa yang terjadi diantara kami. Ibu Liah langsung bilang “Zhaky tembak aja Tiara kamu sukakan ma dia?”. Tanpa pikir panjang aku langsung ngelakuin hal itu.
“Tiara mau ngak temenin hidup aku yang sepi?”, sambil mengenggam jemarinya.
“Aku mau kok jadi teman hidup kamu”.
“Wah… makaasih Tiara”.
“yeee cie cie” kata teman-temanku.
Hari ini adalah hari dimana ku memulai dan menghilangkan rasa sepi yang selalu melandaku. Semoga aku dan Tiara bisa menjadi pasangan sampai mati. Kini semua telah terjadi dan aku sayang Tiara. (SELESAI)

Post a Comment