Sebetulnya, saya tidak terlalu menanggapi bagaimana saya menentukan sahabat saya itu. Terserah bagaimana dia anggap saya sahabat atau tidak, tapi yang jelas saya menganggap dia sahabat saya, meski dia tidak. Ada banyak pendapat yang saya dapatkan bagaimana sahabat itu. Paling banyak yang saya dengar adalah, "Sahabat selalu ada saat kita membutuhkan."
Pernyataan itu sangat saya tidak terima, karena terdengar seperti kita orang yang egois dan sangat ingin menguasai sahabat kita itu. Sahabat juga seharusnya mengerti bagaimana penkondisian yang tepat untuk memanggil sahabat saat kita membutuhkannya.
Saya selalu melontarkan kalimat ini kepada orang yang ku anggap sebagai sahabat, "Saya anggap kamu sahabat, meski kamu tidak menganggap saya seperti sahabat," tapi dengan jelas juga ia berkata, "Saya tidak menganggapmu seperti itu."
Ya, jawaban seperti itu sudah sangat lazim saya terima. Meskipun begitu, saya selalu meluangkan waktu kepada 'sahabat' saya itu. Cara saya mendefinisikan sahabat adalah bagaimana orang yang saya anggap sahabat akan menganggap saya sahabat nantinya. Meskipun pada akhirnya tidak, saya akan mencatat dia sebagai salah satu sahabat saya.
Hati-hati memilih sahabat
Yup, saya juga sangat berhati-hati memilih sahabat, berteman pun saya pilih-pilih. Tapi, bukan pilih-pilih bagaimana, tapi, bagaimana pergaulannya. Jadi, jangan harapkan seseorang menjadi sahabat, tapi buktikan bahwa kau berhak menjadi sahabatnya.
Jangan paksa seseorang menjadi sahabatmu, tapi buat dia menjadikanmu sahabatnya.
Post a Comment