Brawlers 3: Protection

Aku terbangun dari tidurku, aku merasakan sakit dibagian kepalaku. Melihat seseorang tertidur dengan posisi sedang terduduk disebuah kursi. Megumi mungkin menungguku hingga sadar. Aku mengelus rambutnya beberapa kali.
"Kamu nyata atau hanya hidup dengan brawler itu?"
Pertanyaan itu sentak ku lontarkan ke arahnya dengan sedikit senyum. Aku memandang ke luar jendela, melihat bintang-bintang dan sebuah bulan yang terlihat sangat terang dari sudut pandangku. Sinar rembulan menyinari kami berdua, aku merasakan seluruh badanku sangat sakit dan sulit untuk digerakkan.



Chapter 3: Protection

"Kousuke?" aku terbangun mendengar panggilan itu.
Aku melihat wajah Megumi tepat di atasku, rambutnya yang panjang menutup sedikit leherku, "A-Apa yang kamu lakukan?" tanya dengan sedikit mendorongnya.
"Ish, terlalu kasar untuk melindungiku," eluhnya yang terduduk di sudut ranjang.
Aku kemudian duduk di sudut ranjang berhadapan dengannya. Kami saling menatap dan aku memulai pembicaraan.
"Apa kamu tidak pulang ke rumah? Atau kamu tidak punya rumah?" tanyaku.
"Ini rumahku," katanya dengan tersenyum.
"H-He-eh, bukannya ini kamarku?" tanya sambil melihat sekeliling.
"Ia, aku tinggal di sini, kalau kamu tidak percaya tanya saja Bibi," tambahnya.
"Arrrg, kenapa bisa begini?" keluhku dengan sedikit berguman.
"Kenapa?" tanya Megumi.
"Tidak, tolong keluar dari kamarku, aku mau mandi dan siap-siap ke sekolah, kamu juga 'kan?" kataku menariknya keluar dari kamarku.
Setelah berpakaian dengan rapi. Menggunakan seragam sekolah SMA Miruka yang kebanyakan berwarna biru dan hitam. Aku melihat Megumi menggunakan seragam sekolah yang sama, dengan kedua rambutnya diurai ke belakang, ia juga menggunakan kacamata berwarna merah. Kami berpamitan kepada Bibi dan meninggalkan rumah.
Diperjalanan, kami bertemu Yuka. Yuka adalah adik kelasku, karena arah rumah kami sama, jadi hampir setiap waktu berangkat dan pulang sekolah kami selalu bersama-sama meski aku jarang mengajaknya bicara.
"Senpai, dia Megumi?" tanya Yuka berbisik ke telingaku.
Aku melirik ke arah Megumi dengan sedikit senyum lalu menjawab pertanyaan Yuka, "Ia, dia Megumi, Satou Megumi, lebih baik kalian kenalan supaya lebih akrab," kataku membalasnya dengan sebuah bisikan juga.
"Megumi senpai, perkenalkan namaku Nishigaki Yuka, senpai bisa memanggilku Yuka," kata Yuka dengan sedikit membungkuk.
"Ia," jawab Megumi singkat.
Kami bertiga berjalan menuju sekolah. Aku kadang melirik Yuka yang berjalan di samping Megumi, memerhatika ekspresinya yang seperti tidak menyukai Megumi. Seperti yang ku tau, jika sedang bertarung Megumi tidak pernah tersenyum atau Megumi hanya mempelihatkan wajah dingin tanpa ekspresi seperti sekarang. Megumi berbeda jika bersamaku saat di rumah.
Akhirnya kami sampai di sekolah. Aku berjalan bersama Megumi menuju ruang kelas, aku duduk dibagian ujung paling belakang dekat jendela, sedangkan Megumi duduk paling depan. Padahal, lebih baik Megumi duduk di depanku.

"Kousuke, coba keluarkan brawlermu," kata Megumi kepadaku.
"Tunggu," aku kemudian mencoba mengeluarkan brawlerku.
Pedang panjang dengan sinar biru telah ada digenggamanku. Entah kenapa pedang besar ini terasa ringan ditanganku.
"Coba kau arahkan pedangmu ke atas," kata Megumi dengan menunjuk ke atas dengan tangan kanannya.
"Hmmm, begini?" tanyaku.
"Rasakan lalu lepaskan kekuatan yang akan muncul," kata Megumi.
Aku mencoba merasakan kekuatan yang dikata Megumi. Sepertinya tidak terjadi apa-apa. Aku memerhatikan pedangku tapi tetap tak terjadi apa-apa. Tiba-tiba Megumi membentakku.
"Tolong serius!"
"Baiklah baiklah," kataku dengan malas.
Aku menutup mataku dan mencoba merasakan kekuatan itu. Tiba-tiba aku merasakan sebuah sentakan dari pedang itu. Aku merasa sebuah kehangatan muncul ditanganku, tiba-tiba pedang itu mengeluarkan cahaya yang cukup besar. Mungkin menyelimuti rumahku, aku melihat Megumi menikmati cahaya itu dengan kedua matanya tertutup. Cahaya itu perlahan mulai mengecil dan menghilang, aku melepaskan pedangku dan pedang itu menghilang.
"Megumi, itu tadi apa?"
"Itu adalah protection," katanya.
"Perlindungan? Arrrg," kataku menggerutu.
"Tingkat skill itu dan kau akan mudah untuk melakukan perlindungan kapan saja," jelasnya.
"Oh ia Megumi, Seki itu siapa?" tanyaku.
"Seki? Seki adalah saudara angkatku, entah Ayahku memungutnya dari mana. Sampai akhirnya, ia tergiur dengan kekuasaan dan kekuatan, selanjutnya aku lupa bagaimana," katanya dengan tersenyum.

To be continued ~

Post a Comment