Brawlers 2: Shadows

Sebuah cahaya putih kembali menyelimutiku, membawaku bersama seorang gadis yang belum aku kenal. Tangannya menyentuh dadaku dan mengeluarkan sebuah kubus biru. Aku merasa melayang di tempat ini, kami berdua dikelilingi cahaya biru dan kemudian cahaya itu menghilang.
"Kousuke, brawler milikmu telah diaktifkan oleh brawlerku," kata Megumi ke arahku.
"Maksudmu, pedang yang ku pakai ada brawlerku?" tanyaku penasaran sambil menatap dalam mata berwarna merah indah Megumi.
"Ya, itu adalah salah satu bentuk brawlermu, kamu adalah seorang yang ku pilih untuk melindungiku," jawabnya.
"Melindungimu? Melindungi dari apa?" tanyaku tambah penasaran.
Kembali sebuah cahaya mengelilingi kami dan aku melihat telah berada di depan rumahku. Aku berlari masuk ke kamar.



Chapter 2: Shadows

Aku menatap ke arah atas kamarku. Aku mengangkat naik tangan kananku dan memerhatikannya. Kenapa sebuah pedang bisa langsung muncul ditanganku? Aku kembali menarik tanganku mendekat ke arah mataku dan memerhatikannya dengan lebih jelas lagi. Tapi, lagi-lagi aku tidak menemukan apa-apa ditangan kananku ini.
Sebuah panggilan samar-samar datang dari lantai bawah, hingga aku tersadar bahwa Bibiku sedang memanggilku. Aku bangkit dari ranjang lalu duduk. Aku berdiri lalu turun ke lantai bawah.
"Tunggu Bi, aku akan ke bawah," kataku sambil berjalan menuruni tangga. Aku berjalan ke arah asal suara Bibi yang ternyata ada di ruang tamu.
"Ini, ada Megumi, katanya dia temanmu," kata Bibi sambil melihat Megumi dengan senyuman.
"Eee, baiklah-baiklah, Bibi ke belakang aku mau bicara dulu dengan Megumi, tolong ya, Bi?" kata memohon kepada Bibi untuk meninggalkan kami berdua. Akhirnya Bibi mau memberi kami waktu untuk berbicara berdua.
"Megumi, apa yang kau ambil di sini?" tanyaku sambil duduk di depannya.
"Aku datang ke sini untuk memberi tahumu, bagaimana cara menggunakan brawlermu," jawabnya, "Brawlermu adalah brawler unik, ditambah lagi brawlermu diaktif oleh brawler unik milikku. Sehingga, ada banyak model dan kekuatan di dalam brawlermu itu," Megumi terhenti dan menjulurkan tangannya ke depan, "Jika kau merasakan sebuah ledakan kecil di dalam hatimu, maka sebuah pedang dikelilingi sebuah cahaya akan muncul digenggamanmu," jelasnya.
"Waktu itu aku tidak merasakan seperti itu, pedang itu langsung saja muncul ditanganku," sambil memandangi tanganku.
"Entahlah soal itu, tapi jika kamu menginginkan pedang itu julurkan saja tanganmu ke depan, rasakan dan gunakanlah pedang itu," jelas Megumi.
"Megumi, tau rumahku dari mana?" tanyaku menatapnya.
"Dari awal aku sudah mengakatan, kalau aku tau tentangmu," katanya sambil menyentuh dadaku.
"Jangan, jangan, itu sakit Megumi," kataku kepadanya karena takut ia akan melakukannya lagi.
"Aku hanya menyentuhnya, brawlerku ada di sini," katanya sambil menunjuk dadanya.

"Senpai, ku dengar akhir-akhir ini kau dekat dengan seorang gadis yang baru kau kenal ya? Dia siapa, senpai?" tanya Yuka padaku dengan nada penasaran.
"Maksudmu Megumi? Satou Megumi?" kataku memperjelas.
"Ya mungkin itulah senpai," Yuka berjalan sedikit cepat hingga aku tertinggal di belakangnya.
Aku hanya tersenyum melihatnya. Ada yang berubah hari ini, aku sedikit senang, semua terasa tenang. Tiba-tiba Megumi hadir dihadapanku dengan senyum, entah dari mana dia datang.
"Jangan terlalu sering melamun," kata Megumi kepadaku.
"A-aku tidak melamun," kataku terbata-bata.
"Musuh bisa saja melukaimu, dan mengambilku lalu merebut brawlerku. Tamatlah duniamu jika itu terjadi," kata Megumi menakutiku.
"Ada-ada saja," aku melihat Megumi dengan penampilan yang berbeda, "Sejak kapan kamu...," omonganku dipotong oleh Megumi.
"Sejak hari ini, ada masalah?" tanya Megumi kepadaku.
"T-tidak, cepat kita akan terlambat ke sekolah kalau terlalu lambat seperti ini," aku berjalan meninggalkannya di belakangku.
Lembut angin mengelus lembut kulitku, menggelitik rambutku. Aku berjalan bersama Megumi yang baru kemarin aku kenal. Katanya ia datang dari tempat yang tak terdefinisikan, tak terdefinisikan bagaimana? Aku masih bingung tempat apa yang dimaksud Megumi kepadaku. Aku berpikir, aku adalah orang yang bodoh, aku menerima dengan mudah permintaan berbahaya yang dapat mengancam hidupku. Pedang, cahaya biru, dan tempat bertarung ketika semua itu muncul.
Aku melihat Seki Toshihiko berada tak jauh di depanku, memakai jubah berwarna hitam, matanya menatap tajam ke arah kami. Aku menjulurkan tanganku ke depan dan sebuah pedang bercahaya biru telah ada digenggamanku. Aku melirik ke arah Megumi, sebuah panah yang bercahaya sama dengan milikku telah membidik Seki.
"Kousuke, ternyata kau telah bersama Megumi," kata Seki kepadaku.
Dua pengawal Seki yang menggunakan jubah dan menutup wajah mereka berjalan ke arahku. Dua pengawal itu semakin dekat, hingga kusadari mereka tidak memiliki wajah, hanya sebuah awan hitam pekat dengan dua cahaya merah menyala di balik jubah itu. Dua anak panah dilepaskan langsung oleh Megumi ke arah pengawal bayangan itu, mereka hancur.
"Hahahaha," Seki tertawa, "Serang aku Kousuke! Apa kau takut?" tantang Seki.
Aku kemudian berlari ke arahnya, ku pegang pedang ini dengan kedua tanganku, sejajar dengan mataku, badanku sedikit menunduk saat berlari ke arah Seki. Sekali lagi, percikan api akibat tangkisan dari pedang Seki. Entah darimana aku memiliki kemampuan untuk menggunakan pedang, tapi aku terlihat sangat profesional dengan pedang ini.
Kami berdua terlempar ke belakang akibat satu benturan keras pedang kami.
"Kita akan melanjutkannya nanti, Kousuke. Kau juga Megumi! Kita akan bertemu lagi," kata Seki.
Akhirnya, pertarungan kami berakhir. Aku menatap Megumi, ia menatapku dalam hingga aku tak sadarkan diri.

To be continued ~

Post a Comment