Rise of The Nero Pillars: Chapter 1 - Altstad City

Salju turun dengan lebat di sepanjang jalan kota Altstad. Meski salju turun dengan cukup lebat, orang-orang tetap saja melakukan aktivitasnya seperti biasa. Orang-orang kota Altstad adalah pekerja yang sangat rajin. Mereka sangat suka dengan yang namanya bekerja karena berpikir hidup mereka akan berakhir jika mereka tidak memiliki uang.
Salju semakin lebat menyelimuti kota. Permukaan jalan semaki berwarna putih dan semakin licin. Seorang anak berlari menuju sebuah toko yang menjual banyak mainan. Sesampainya di depan tokoh, anak itu langsung masuk. Setelah beberapa lama, anak itu keluar membawa sebuah bola kristal putih.
“Akhirnya, uang cukup utnuk mendapatkan bola kristal ini,” ucap anak laki-laki itu.
Sambil memeluk bola kristal itu di dalam mantel kulitnya, ia mempercepat langkahnya. Uap putih terus keluar dari hembusan nafasnya, ia sangat kedinginan di cuaca kali ini. Sesampainya di depan sebuah apartemen, ia segera masuk sambil tak lupa memberikan senyum kepada petugas keamaan yang ada di depan pintu masuk.
“Aku akan meletakkanmu di sini,” ucap anak laki-laki itu sambil menyimpan bola kristal itu tepat di depan perapian.
Anak laki-laki itu mengelus-ngelus bola kristal lalu melengketkan tangannya ke muka. Ia merasa sangat kedinginan, padahal ia telah memakai selimut, menggunakan mantel, dan berada di depan tunggu perapian.
Anak itu terus memandangi bola kristal itu dengan sangat senang, sampai akhirnya ia tertidur dengan kepala disandarkan pada kedua lututnya sedang menekuk ke arahnya. Siang dan malam susah dibedakan karena awan mendung dan kurangnya pencahayaan membuat anak laki-laki itu tertidur lelap.
***


“Nero Master! Apakah kita hanya berdiam diri dan memerhatikan manusia bersenang-senang di bawah sana? Apakah aku harus menambah volume salju yang turun?” ucap Rikou Anjou.
Rikou Anjou adalah seorang Nero yang memiliki kekuatan sihir yang dapat menciptakan sesuai kehendaknya. Rambutnya merah muda, mata merah muda, dan selalu menggunakan baju sailor berwarna putih dengan pinggirin merah muda ini sangat tidak sabar.
“Anjou, aku akan mencabut kekuatanmu jika kau melakukan itu,” ucap Nero Master.
“Baiklah,” ucapnya pasrah dan kembali duduk.
Beberapa orang menertawakan Anjou. Salah satunya adalah Hideyoshi Tayama. Ia selalu memainkan rambut coklatnya yang cukup tebal, mata coklatnya juga menjadi perhatian yang cukup menarik. Tayama selalu menggunakan tamengnya untuk menjadi sandaran sedangkan pedangnya ia letakkan disarung pedang sebelah kanan.
“Jangan sampai Master melemparmu ke dunia manusia,” ucap Yukio disela-sela pertikaian Anjou dan Tayama.
“Diam saja kau, Yukio!” gertak Anjou.
Yukio adalah seorang swordsman. Ia menggunakan dua pedang sekaligus, berbeda dengan Tayama yang menggunakan tameng. Rambut biru dan mata birunya selalu menjadi perhatian seperti halnya dengan Tayama. Kedua pedangnya di letakkan di belakang punggungnya. Lehernya diselimut oleh syal berwarna biru dengan motif kotak-kotak.
***
Sebuah keributan kecil membangunkan anak laki-laki itu. Ternyata sebuah vas bunga terjatuh dari meja.
“Sial, mereka masih bermain bola itu,” ucapnya sambil membawa bola kecil ditangannya menuju mulut jendela.
Mereka yang sedang asyik bermain bola tidak menghiraukan apa yang tengah terjadi di dalam apartemen milik anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu kemudian dengan keras melemparkan bola itu kembali dan mengenai kepala seorang anak.
“Sekali lagi bola itu masuk ke sini, aku tidak akan memberi ampun sedikitpun!” ucapnya dari jendela apartemen.
Seketika anak-anak itu meninggalkan halaman kosong di samping apartemen milik anak lelaki itu. Anak laki-laki itu kemudian kembali ke tempatnya semula sambil menyilangkan kedua kakinya di depan perapian.
Bola kristal itu kemudian bercahaya sangat terang. Membuat anak laki-laki itu tidak dapat melihat dengan jelas. Beberapa saat kemudian, bola kristal itu seperti memperlihatkan sebuah tempat yang cukup diketahui oleh anak laki-laki itu.
“Bukankah itu puncak Altstad Tower?” ucapnya sambil memerhatikan dengan jeli visual yang dilihatnya.
Tanpa menunggu beberapa lama, anak laki-laki itu kemudian berlari menuju Altstad Tower yang ternyata tidak jauh dari apartemen tempat ia tinggal. Sambil menggunakan mantel kulit tebalnya, ia berlari menuju menara itu dengan memeluk bola kristal itu. Akhirnya, ia sampai di depan menara tersebut, sesekali ia melihat bola kristal itu. Bola kristal itu menunjukan puncak dari menare tersebut.
“Sebaiknya aku ke atas,” ucap anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu kemudian memasuki lift untuk ke puncak menara. Setelah beberapa menit di dalam lift, anak itu sampai di puncak menara. Keanehan mulai terjadi di puncak menara, bola kristal yang berada dipeluknya berusaha untuk melepaskan diri. Sontak saja dia terkaget dan bola kristal itu terlepas dan melayang ke udara.
“Ciih,” ucap anak itu ketika itu terjatuh karena menahan bola kristal itu.
***
“Master! Ada yang aneh dengan portal waktu!” ucap Hantoyu Rei.
“Ada apa? Cepat kalian berdua periksa penjara di portal waktu!” perintah Master kepada Yukio dan Tayama.
“Siap!” mereka berdua kemudian terbang menuju portal waktu di sebelah barat Dreamland.
“Master! Ada semacam benda yang memaksa portal waktu terbuka begitu saja, benda itu berasal dari dunia manusia!” ucap Rei yang semakin panik.
“Baiklah, aku akan segera ke dunia manusia,” ucap Torisayu Himeku.
“Cepatlah,” Master mulai tak terkendali, hingga ia berdiri dari singgasananya.
***
Bruuk!!!
Sebuah ledakan kecil terjadi di atas Altstad Tower. Ledakan itu beriringan dengan lebatnya salju yang turun malam ini. Semakin lama, bekas ledakan kristal itu menjadi sebuah lubang hitam yang menandakan adanya aktivitas portal waktu. Beberapa saat kemudian, bayangan hitam mulai mengelilingi puncak menara.
“K-kau siapa?” tanya anak itu kepada bayangan hitam yang mulai berbentuk seperti manusia.
“Jurck Hirs, penguasai duniamu yang baru!” tiba-tiba bayangan hitam itu masuk ke dalam mulut anak itu.
Lama kelamaan tubuh anak itu menjadi hitam legam, matanya kemudian berubah menjadi merah menyala. Lama kelamaan, tubuh anak itu kembali ke warna normal, tetapi matanya tetap merah menyala. Hime yang telah sampai ke bumi, berhasil menemukan aktivitas portal waktu tersebut.
“Sedang apa kau di sana?” teriak Hime saat masih melayang di dekat menara.
Tiba-tiba anak itu, atau Jurck melecutkan sebuah campuk hitam dengan ujung runcing ke arah Hime. Hime yang sangat kaget melihat itu, langsung mengeluarkan rapiernya dari sarung. Posisi siap menyerang, Hime melesatkan tubuhnya ke arah Jurck yang merasuki tubuh anak itu.
***
Setelah sampai di penjara portal waktu, Tayama dan Yukio kaget melihat seluruh penjaga yang ada di sana tegeletak. Mereka segere terbang dan kembali menghadap kepada Nero Master.
“Master! Jurck meloloskan diri dan menghabisi semua penjaga portal!” ucap Tayama.
“Segera ke bumi!” perintah Master.
Mereka berdua segera menuju portal untuk ke bumi. Rei tidak ikut ke Bumil. Namun, Anjou segera terbang dan melesat mengikuti Tayama dan Yukio menuju Bumi.
***
Pertarungan sengit terjadi di atas menara. Altstad yang sibuk tidak melihat kejadian yang terjadi di atas kota.
“Hime, awas!” Yukio menangkis serangan Jurck dengan kedua pedangnya.
“Sisakan untuk kami,” ucap Tayama yang berlalu melewati Hime.
“Aku juga,” melesat dengan cepat melewati Hime.
“Arrg, kalian menganggu, kita serang bersama-sama saja!” Hime juga segera ikut melesat.
Pertarungan empat lawan satu memang tidak berimbang, tetapi Jurck cukup hebat dalam menangani empat Nero sekaligus. Meski keempat Nero ini telah dikalahkan di masa lalu, tapi mereka berhasil mengalahkannya dengan kekuatan gabungan, tetapi setelah bertahun-tahun bahan beribu-ribu tahun, kekuatan mereka sekarang berimbang.

Post a Comment