Salju
turun dengan lebat di sepanjang jalan kota Altstad. Meski salju turun dengan
cukup lebat, orang-orang tetap saja melakukan aktivitasnya seperti biasa.
Orang-orang kota Altstad adalah pekerja yang sangat rajin. Mereka sangat suka
dengan yang namanya bekerja karena berpikir hidup mereka akan berakhir jika
mereka tidak memiliki uang.
Salju
semakin lebat menyelimuti kota. Permukaan jalan semaki berwarna putih dan
semakin licin. Seorang anak berlari menuju sebuah toko yang menjual banyak
mainan. Sesampainya di depan tokoh, anak itu langsung masuk. Setelah beberapa
lama, anak itu keluar membawa sebuah bola kristal putih.
“Akhirnya,
uang cukup utnuk mendapatkan bola kristal ini,” ucap anak laki-laki itu.
Sambil
memeluk bola kristal itu di dalam mantel kulitnya, ia mempercepat langkahnya.
Uap putih terus keluar dari hembusan nafasnya, ia sangat kedinginan di cuaca
kali ini. Sesampainya di depan sebuah apartemen, ia segera masuk sambil tak
lupa memberikan senyum kepada petugas keamaan yang ada di depan pintu masuk.
“Aku
akan meletakkanmu di sini,” ucap anak laki-laki itu sambil menyimpan bola
kristal itu tepat di depan perapian.
Anak
laki-laki itu mengelus-ngelus bola kristal lalu melengketkan tangannya ke muka.
Ia merasa sangat kedinginan, padahal ia telah memakai selimut, menggunakan
mantel, dan berada di depan tunggu perapian.
Anak
itu terus memandangi bola kristal itu dengan sangat senang, sampai akhirnya ia
tertidur dengan kepala disandarkan pada kedua lututnya sedang menekuk ke
arahnya. Siang dan malam susah dibedakan karena awan mendung dan kurangnya
pencahayaan membuat anak laki-laki itu tertidur lelap.
***
“Nero
Master! Apakah kita hanya berdiam diri dan memerhatikan manusia
bersenang-senang di bawah sana? Apakah aku harus menambah volume salju yang
turun?” ucap Rikou Anjou.
Rikou
Anjou adalah seorang Nero yang memiliki kekuatan sihir yang dapat menciptakan
sesuai kehendaknya. Rambutnya merah muda, mata merah muda, dan selalu
menggunakan baju sailor berwarna putih dengan pinggirin merah muda ini sangat
tidak sabar.
“Anjou,
aku akan mencabut kekuatanmu jika kau melakukan itu,” ucap Nero Master.
“Baiklah,”
ucapnya pasrah dan kembali duduk.
Beberapa
orang menertawakan Anjou. Salah satunya adalah Hideyoshi Tayama. Ia selalu
memainkan rambut coklatnya yang cukup tebal, mata coklatnya juga menjadi
perhatian yang cukup menarik. Tayama selalu menggunakan tamengnya untuk menjadi
sandaran sedangkan pedangnya ia letakkan disarung pedang sebelah kanan.
“Jangan
sampai Master melemparmu ke dunia manusia,” ucap Yukio disela-sela pertikaian
Anjou dan Tayama.
“Diam
saja kau, Yukio!” gertak Anjou.
Yukio
adalah seorang swordsman. Ia menggunakan dua pedang sekaligus, berbeda dengan
Tayama yang menggunakan tameng. Rambut biru dan mata birunya selalu menjadi
perhatian seperti halnya dengan Tayama. Kedua pedangnya di letakkan di belakang
punggungnya. Lehernya diselimut oleh syal berwarna biru dengan motif
kotak-kotak.
***
Sebuah
keributan kecil membangunkan anak laki-laki itu. Ternyata sebuah vas bunga
terjatuh dari meja.
“Sial,
mereka masih bermain bola itu,” ucapnya sambil membawa bola kecil ditangannya
menuju mulut jendela.
Mereka
yang sedang asyik bermain bola tidak menghiraukan apa yang tengah terjadi di
dalam apartemen milik anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu kemudian dengan
keras melemparkan bola itu kembali dan mengenai kepala seorang anak.
“Sekali
lagi bola itu masuk ke sini, aku tidak akan memberi ampun sedikitpun!” ucapnya
dari jendela apartemen.
Seketika
anak-anak itu meninggalkan halaman kosong di samping apartemen milik anak
lelaki itu. Anak laki-laki itu kemudian kembali ke tempatnya semula sambil
menyilangkan kedua kakinya di depan perapian.
Bola
kristal itu kemudian bercahaya sangat terang. Membuat anak laki-laki itu tidak
dapat melihat dengan jelas. Beberapa saat kemudian, bola kristal itu seperti
memperlihatkan sebuah tempat yang cukup diketahui oleh anak laki-laki itu.
“Bukankah
itu puncak Altstad Tower?” ucapnya sambil memerhatikan dengan jeli visual yang
dilihatnya.
Tanpa
menunggu beberapa lama, anak laki-laki itu kemudian berlari menuju Altstad
Tower yang ternyata tidak jauh dari apartemen tempat ia tinggal. Sambil
menggunakan mantel kulit tebalnya, ia berlari menuju menara itu dengan memeluk
bola kristal itu. Akhirnya, ia sampai di depan menara tersebut, sesekali ia
melihat bola kristal itu. Bola kristal itu menunjukan puncak dari menare
tersebut.
“Sebaiknya
aku ke atas,” ucap anak laki-laki itu.
Anak
laki-laki itu kemudian memasuki lift untuk ke puncak menara. Setelah beberapa
menit di dalam lift, anak itu sampai di puncak menara. Keanehan mulai terjadi
di puncak menara, bola kristal yang berada dipeluknya berusaha untuk melepaskan
diri. Sontak saja dia terkaget dan bola kristal itu terlepas dan melayang ke
udara.
“Ciih,”
ucap anak itu ketika itu terjatuh karena menahan bola kristal itu.
***
“Master! Ada yang aneh dengan portal waktu!” ucap Hantoyu
Rei.
“Ada apa? Cepat kalian berdua periksa penjara di portal
waktu!” perintah Master kepada Yukio dan Tayama.
“Siap!”
mereka berdua kemudian terbang menuju portal waktu di sebelah barat Dreamland.
“Master!
Ada semacam benda yang memaksa portal waktu terbuka begitu saja, benda itu
berasal dari dunia manusia!” ucap Rei yang semakin panik.
“Baiklah,
aku akan segera ke dunia manusia,” ucap Torisayu Himeku.
“Cepatlah,”
Master mulai tak terkendali, hingga ia berdiri dari singgasananya.
***
Bruuk!!!
Sebuah
ledakan kecil terjadi di atas Altstad Tower. Ledakan itu beriringan dengan
lebatnya salju yang turun malam ini. Semakin lama, bekas ledakan kristal itu
menjadi sebuah lubang hitam yang menandakan adanya aktivitas portal waktu.
Beberapa saat kemudian, bayangan hitam mulai mengelilingi puncak menara.
“K-kau
siapa?” tanya anak itu kepada bayangan hitam yang mulai berbentuk seperti
manusia.
“Jurck
Hirs, penguasai duniamu yang baru!” tiba-tiba bayangan hitam itu masuk ke dalam
mulut anak itu.
Lama
kelamaan tubuh anak itu menjadi hitam legam, matanya kemudian berubah menjadi
merah menyala. Lama kelamaan, tubuh anak itu kembali ke warna normal, tetapi
matanya tetap merah menyala. Hime yang telah sampai ke bumi, berhasil menemukan
aktivitas portal waktu tersebut.
“Sedang
apa kau di sana?” teriak Hime saat masih melayang di dekat menara.
Tiba-tiba
anak itu, atau Jurck melecutkan sebuah campuk hitam dengan ujung runcing ke
arah Hime. Hime yang sangat kaget melihat itu, langsung mengeluarkan rapiernya
dari sarung. Posisi siap menyerang, Hime melesatkan tubuhnya ke arah Jurck yang
merasuki tubuh anak itu.
***
Setelah
sampai di penjara portal waktu, Tayama dan Yukio kaget melihat seluruh penjaga
yang ada di sana tegeletak. Mereka segere terbang dan kembali menghadap kepada
Nero Master.
“Master!
Jurck meloloskan diri dan menghabisi semua penjaga portal!” ucap Tayama.
“Segera
ke bumi!” perintah Master.
Mereka
berdua segera menuju portal untuk ke bumi. Rei tidak ikut ke Bumil. Namun,
Anjou segera terbang dan melesat mengikuti Tayama dan Yukio menuju Bumi.
***
Pertarungan
sengit terjadi di atas menara. Altstad yang sibuk tidak melihat kejadian yang
terjadi di atas kota.
“Hime,
awas!” Yukio menangkis serangan Jurck dengan kedua pedangnya.
“Sisakan
untuk kami,” ucap Tayama yang berlalu melewati Hime.
“Aku
juga,” melesat dengan cepat melewati Hime.
“Arrg,
kalian menganggu, kita serang bersama-sama saja!” Hime juga segera ikut
melesat.
Pertarungan
empat lawan satu memang tidak berimbang, tetapi Jurck cukup hebat dalam
menangani empat Nero sekaligus. Meski keempat Nero ini telah dikalahkan di masa
lalu, tapi mereka berhasil mengalahkannya dengan kekuatan gabungan, tetapi
setelah bertahun-tahun bahan beribu-ribu tahun, kekuatan mereka sekarang
berimbang.
Post a Comment