Butuh Pemersatu

Mungkin banyak pemikir untuk membantu saya mengurangi kesenjangan yang ada di kelas. Kita tidak butuh orang yang mementingkan dirinya sendiri, kita butuh orang yang mau perubahan. Satu perubahan kecil sudah cukup untuk mengurangi kesenjangan yang ada di kelas. Meskipun saya juga punya masalah dengan beberapa orang yang ada di kelas, ini bukan berarti saya juga tidak mau membantu, malahan saya juga mau memperbaiki apa yang menjadi kekurangan di kelas. Apalagi tidak adanya rolling kelas saat penaikan kelas.

"Ah, tidak baek sekali, tidak ada rolling kelas," mungkin kalimat itu sudah mengambarkan ketidaksenangan beberapa anggota kelas dengan keputusan sekolah. Maka dari itu, saya butuh orang yang harus menjadi perintis pemersatu di kelas. Susah memang, masalah yang kompleks dari sikap apatis menjadi tantangan berat untuk saya dalam melaksanakan tujuan yang (sangat) mulia ini.

Seakan tak didengarkan, dicampakkan, begitulah rasanya menjadi kelompok yang ada di belakang. Saya merasakannya sendiri, ia jujur saya merasakan kelompok belakang tidak dapat tempat di mata teman-teman yang lain. Memang sejatinya, kelompok belakang susah dilihat, dalam artian kelompok depan lebih fokus ke guru dan beberapa teman yang ada di samping saja. Walau sekedar melihat jam, hanya beberapa detik lalu membuang pandangan kembali ke depan.

Bagaimana dengan cara berpikir mereka? Dewasa? Dewasakah kalau menjadikan sikap apatis dan cuek sebagai sikap terbaik? Bagaimana kalau pas naik kelas 11, pembagian tempat di duduk tidak boleh pilh-pilih. Saya akan menyarankan kepada wali kelas yang akan datang untuk memisah beberapa orang, termasuk saya sendiri sebagai anggota di kelas. Bukannya bersikap egois, tapi apalah gunanya jaket "KOMPAS" yang katanya pemersatu, tapi nyatanya hanya sebuah jaket biasa yang dipakai saat  keluar rumah.

Bukan menganggap diri saya sempurna, tapi jujur sejujurnya di kelas sangat kurang penghargaan walau sedikitpun kepada yang lain. Miris rasanya melihat yang lemah ditindas, yang kecil dikucilkan, yang tidak bergaul ditinggalkan, dan yang paling miris adalah datang pada saat butuh saja.

Mungkin saya hanya ber-pote-pote tidak jelas di blog saya, bagaimana saya bisa berbicara di kelas kalau saya tidak dihargai? Saya lebih nyaman berpendapat di tempat yang seharusnya saya berada, di tulisan saya.

Gufkun | Salam Perubahan

2 Komentar

Ngomongki nanti untuk yang baik, tapi mungkin dianggap tidak baik sama yang lain. jadi mending diam. (y)

Reply

Hoho... tapi kalau cuma diam yang terbaik, bakal tidak ada perubahan.

Reply

Post a Comment