Cinta Monyet

      Masa remaja adalah masa paling 'hebat' bagi saya, atau mungkin juga remaja di Indonesia merasakan hal yang sama. pertanyaan yang biasa terlontar dibenak saya adalah apakah cinta yang saya jalani ini hanya sebuah cinta monyet? Tapi mengapa? Pertanyaan itu mungkin sulit untuk saya jelaskan.



Cinta monyet ..., sebenarnya istilah yang “fenomenal” pada dasa warsa akhir tahun 1960-an sampai pada awal tahun 1980-an. Istilah ini dipakai oleh beberapa seniman (dalam bentuk puisi dan juga lagu), para psikolog untuk meneliti tingkah-laku, gaya dan cara bergaul anak-anak remaja pada dasawarsa diatas. Ketika itu terjadi perubahan besar dalam kehidupan anak-anak remaja Indonesia bahkan juga para pemuda-pemudi; dari yang terkungkung, anak sopan menjadi bebas dan liar, termasuk dalam menjalin hubungan pada lawan jenis. Dalam perubahan seperti itu, pada umumnya anak-anak sekolahan, siswa dan siswi di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas mulai terbuka untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis (ketika itu, seorang siswa yang punya Pacar akan dianggap tidak sopan, belum pantas; baik oleh orang tua, maupun para guru).

Tetapi, saya dibiarkan untuk pacaran tetapi dengan satu syarat yakni tidak boleh melakukan hal-hal yang melakukan norma-norma agama, karena kita tau sendiri jika perubahan psikologis dan rasa ingin tau yang sangat tinggi dimasa remaja seperti saya.

Akibatnya, anak-anak remaja pada masa itu, sembunyi-sembunyi berpacaran, dan merasa malu jika ketahuan orang sedang berpacaran, komunikasi lebih banyak lewat surat (bandingkan dengn keadaan sekarang; seorang remaja akan sangat terbuka mengungkapkan perasaannya dan merasa bangga memiliki seorang pacar tidak perlu disembunyikan; medianyapun lebih banyak).

Ketika itu memang mungkin remajanya belum tau tentang cinta, hanya mengikuti adegan-adegan di film-film, saya sendiri masih bingung dengan 'cinta', tapi sekarang semua berbeda 180 derajat.Cinta itu dikalangan remaja sekarang sudah menjadi hal yang biasa. Prinsip sebagian dari remaja Indonesia, terkhusus di sekolah saya SMP Negeri1 Bulukumba mengemban prinsip "Tak ada pacar itu memalukan" prinsip itu tak mungkin saya gunakan. Karena bagi saya itu tak masuk akal, lah kalau kita pacaran, apakah pacar kita akan jadi istri/suami kita nanti?

Dulu dikatakan cinta monyet karena seperti monyet, monyet suka malu atau sembunyi padahal ingin tau, begitu pula dengan remaja dulu yang sembunyi-sembunyi untuk pacaran. Tapi sekarang namanya apa? Karena pacaran sekarang sudah sangat dibanggakan.

Tapi mau dulu mau sekarang, semua akan berakhir karena beda sekolah atau hal lain. Tapi remaja sekarang menggunakan istilah LDR tak lau tak bukan Long Distance Relationship atau pacaran jarak jauh.

Tapi semua itu kita kembalikan kepada diri kita sendiri karena yang memiliki dan menjalin cinta, dan hanya menyaran kepada seluruh ramaja di Indonesia, agar tidak lagi melakukan hal yang tidak bermoral, tak berguna, atau merusak masa depan kalian :)

Post a Comment