Sebuah Pengakuan

Lekuk senja memenuhi guratan awan sore
Jangkar langit diturun menghentingkan cahaya
Pendar cahaya berlalu di bawah kaki
Sebuah teriakan rindu dari dalam hati
Boleh saja kau berteriak begitu kencang hingga orang lain sadar akan hadirmu. Tidaklah perlu ambil pusing dengan semua omongan tidak jelas yang ditujukan kepadamu. Percayalah, dirimu begitu banyak kelebihan. 



Mencoba Menelaah

Banyak hal yang masih menjadi tanda tanya besar dalam benak ini. Bahkan boleh menjadi hal yang sangat tidak diingikan. Sah-sah saja jika kau merasa bahwa dirimu adalah seorang yang baik. Boleh saja kau menganggap dirimulah yang pantas untuk berada di sini. coba telaah kembali apa yang sudah jauh ini kita lakukan. Tanda tanya ini selalu hadir diwaktu-waktu yang sangat tidak mengenakkan kadang menjadi memuakkan untuk beberapa saat. Boleh saja nanti, jika karma itu datang, maka jawaban dari pertanyaan ini mungkin akan terjawab. Siapa yang menginginkan sebuah karma dari kesalahan masa lalu yang buruk. 

Sekarang mungkin saya masih bisa tenang untuk beberapa hal yang bisa jadi memang datang untuk menenangkan hal yang menjadi kegundahan tersendiri dalam diri ini. Datangnya boleh saja sederhana, hadirnya pun tidak semegah apa yang lalu-lalu pernah ada. Hadirnya tidak akan kubuat singkat karena kutau ada satu hal yang menjadi pembina dari hadirnya sekarang. Menjadi penghapus karma yang mungkin, boleh jadi, akan menghampiri. Entah itu dari hadirnya atau dari kehadiran-kehadhiran yang lain.

Malam ini saya menyempatkan untuk menuliskan hal tidak penting di blog yang boleh menjadi tempat yang penuh dengan kalimat bullshit dari saya. Silahkan berkomentar sesukamu. Besok masih menjadi hari yang menjadi, lusa dan seterusnya mungkin tetap akan seperti itu.

Hadirnya Boleh Jadi Sebuah Pembeda

Parasnya sederhana. Tingkahnya sederhana. Senyum mempesona tapi sederhana. Suaranya agak tinggi tapi sangat sederhana dan mampu memabukkan bahkan mungkin sangat menanangkan. Dia selalu mencoba hadir. Selalu mencoba untuk tidak pergi dan selalu mencoba untuk bertahan. Salut dengan kesabarannya, pengertiannya yang boleh jadi menjadi sebuah pembeda dari yang terlalu hadir di masa lalu. Saya tidak perlu menyebut nama karena kami tidak memiliki sebuah ikatan. Kami tidak seperti kebanyakan, mungkin, atau ini sudah sepetri kebanyakan saya pun tidak tau tentang hal.

Terima kasih.
Makassar, 2016.
#Days46

Post a Comment