Sebuah
peluru RPG dilepaskan ke arah Yuji yang mendekati Yuuki dan Yuno. Yuuki
mengalami luka parah dibagian kaki dan Yuno mengalami luka parah dibagian
badan. Sepertinya mereka sangat sulit untuk di selamatkan dibagian ini. Jika
Komandan dan pasukanny terlalu lambat bergerak, mereka bisa mati karena
kehabisan darah. Yuji mengubah arah bidiknya ke arah Komandan dan pasukan,
meski telah terkena tembakan tadi, ia tidak goyah. Jika dihitung, Yuji yang
tertinggal di kota Miruka hanya tinggal dua. Tiga Yuji yang tak mempunyai
kemampuan meregenarasi, dan dua lagi memiliki kemampuan itu.
“Ken!
Tembak lagi!” perintah Komandan Guryu, “Lakukan tembakan tambahan, gunakan SMG
atau senjata dengan kaliber yang lebih besar lagi,” tambahnya.
Tembakan
demi tembakan mengarah ke arah Yuji beserta ledakan dari amunisi RPG. Tapi,
Yuji tetap tak goyah dari tempatnya, merasakan keanehan itu. Komanda Guryu
segera memerintahkan pasukannya untuk menambah prajurit pengguna RPG.
“10
orang lagi, gunakan RPG!” perintahnya.
Beberapa
menit kemudian, Yuji menghilang sejalan dengan turunnya hujan yang cukup deras
di daerah kota Miruka. Seluruh pasukan segera mengevakuasi Yuuki dan Yuno yang
terluka. Yuuki dan Yuno tak sadarkan
diri ditengah hujan. Darah mereka bercampur dengan air hujan yang mengalir di
sekitar mereka. Kapten Ken tak bisa
menyembunyikan kesedihannya, melihat sang putri dibawa menggunakan tandu menuju
ruangan medis.
“Ayah...,”
jerik lemah Yuno ke arah sang Ayah.
Yuno
melihat Yuuki terbaring tak sadarkan diri disampingnya. Yuno memang perut
bagian kanan dan meringis kesakitan karena bekas jahitan yang cukup membuatnya
kehabisan darah. Untung saja, bagian vital tidak ada yang terluka. Sedangkan
Yuuki, kaki bagian kanan dibalut oleh perban. Luka itu ia dapat karena sebuah
serpihan akibat ledakan itu menancap dikakinya.
Tak
berapa lama kemudian, Yuno kembali tak sadarkan diri. Yuuki juga masih tak
sadarkan diri.
Ruangan
Komandan~
“Anak-anak
itu memang gila,” kata Komandan Guryu.
“Tapi,
Yuji yang menyerang tadi hilang,” kata Kapten Natsu.
“Apakah
ia takut air hujan?” tambah Kapten Tachi.
“Mungkin
itu ada benarnya,” kata Kapten Natsu memegang dagunya.
“Tunggu,
jika memang begitu, itu adalah senjata kita,” kata Kapten Fuyu.
“Maaf,
terlambat,” potong Kapten Ken.
“Ya,
tidak apa-apa, silahkan duduk. Jadi kita lanjutan pembahasan tentang Yuji yang
ini,” kata Komandan.
Perdebatan
ini berlangsung dengan suasana tenang, pendapat dikeluarkan oleh masing-masing.
Mereka berkesimpulan bahwa Yuji itu takut pada air hujan, tepatnya saat hujan
turun ia tak bisa berbuat apa-apa. Tapi, kecepatan atau cara menghilang Yuji
yang ini agak berbeda. Tangan berbentuk seperti meriam, dan mempunyai daya
ledak yang cukup besar. Lubang di dinding dan kerusakan di bagian pusat
pelatihan segera diperbaiki. Lubang itu hanya diberi bata dan semen. Karena tak
ada waktu untuk memiliki baja untuk menutup. Hanya sekitar beberapa meter saja
yang ditutup, karena lebar dinding yang mencapai dua meter.
To
be continued~
Post a Comment