Setiap Yukio dan kawan-kawan ingin mengambil
barang, tingkat keamanan sudah cukup ketat. Mereka hanya bisa bertahan beberapa
menit dan mengambil beberapa barang.
Jika dari sisi keamanan, tempat mereka masuk tidak terlalu mencolok.
“Mungkin mereka telah menyadarinya,” ucap
Hinata lirih.
“Ya, kurasa juga begitu,” timpal Haruka.
Mereka meributkan masalah ini di basecamp yang
bagian dalamnya sudah lengkap dengan peralatan kapal selam. Komponen-komponen
sudah lengkap, meski kapal selam ini tidak mempunyai senjata. Mempunyai kapal
ini saja sudah lebih dari cukup untuk membantu mereka melihat dunia luar. Hizu
dan Hazu terlihat tak bersemangat sedangkan Yukio sudah mulai memukul-mukul jok
depan. Hinata hanya memainkan rambutnya,
Haruka saja yang menggunakan otaknya untuk memikirkan hal itu.
“Jika kita hanya terfokus pada satu masalah,
masalah yang lain tidak akan pernah terpikirkan oleh kita,” ia berdiri sambil
mengepal kedua tangannya, “Kita juga harus mencari cara untuk mengeluarkan
kapal ini ke dunia sana!”
Keempat teman Haruka langsung terdiam dan
langsung menatapnya. Tak beberapa lama kemudian, Hazu berlari meninggalkan
basecamp dengan kecepatan super cepat.
“Hei! Kau mau ke mana, bodoh?” teriak Yukio,
“Huh, dasar bodoh,” timpalnya setelah tak mendapat respon dari Hazu.
Kini mereka tinggal berempat, kembali seperti
tadi. Mereka terperangkap dalam keheningan. Dalam benak Yukio adalah bagaimana
cara melengkapi bagian luar kapal agar terlihat sempurna. Yukio hanya mencoba
bagian mesin, apa sudah bisa digunakan atau tidak. Hizu membantu di bagian
mesin karena ia cukup handal di bagian itu. Hinata dan Haruka bertindak sebagai
orang yang mendesain interior dan eksterior kapal.
***
“Aku kembali!” teriak Hazu.
Napas Hazu saling memburu. Ia mengenggam
sebuah kertas di tangan kanannya. Tak menunggu waktu lama, ia membuka lembaran
kertas itu di atas meja.
“Lihat, ini adalah seluruh bagian dari Mizu
City dan kubah kaca yang melindunginya,” ia mengambil napas, “Di bagian ini
adalah bagian yang paling cocok untuk mengeluarkan kapal kita,” ia terduduk
karena sangat bersemangat.
“Jadi, rencana selanjutnya adalah meninjau
langsung tempat itu dan agar kita mengetahui tingkat keamanan tempat itu,”
tambah Yukio dengan semangat yang tak kalah bersemangatnya.
Akibat pemikiran Haruka, mereka mulai
memikirkan bagaimana cara mengeluarkan kapal ini dari kubah kaca. Sudah sekitar
dua minggu mereka memantau tempat peluncuran kapal mereka. Mereka juga sudah
mencatat waktu pergantian penjaga dan berapa lama kekosongan penjaga di sana.
Yukio juga telah berhasil menyempurnakan kapal selam, mereka sekarang telah
menerjunkannya ke dalam sungai buatan untuk mengetes kapal.
“Ok, isi lambung kapal agar kita bisa
menenggelamkannya,” perintah Yukio.
“Siap, 2 menit sebelum lambung terisi penuh,”
ucap Hizu.
“Yukio, ada masalah di lambung terakhir,” ucap
Hazu.
“Buka katup yang lain, mungkin kita belum
mencobanya jadi hasilnya seperti ini,” ucap Yukio.
Haruka dan Hinata hanya terlihat cemas karena
keadaan ini. Sebagai kapal atau mobil telah ada di bawah air sungai.
“Sempurna, kapal ini sempurna!” teriak Hizu
dan Hazu bersamaan.
Mereka bertiga segera berpelukan. Wajah mereka
sangat berseri-seri karena keberhasilan mereka merakit kapal selam pertama
mereka. Mereka segera menyalakan roda pendorong, roda pendorong itu digerakkan
oleh air yang ada dilambung kapal. Artinya, air dalam lambung kapal adalah
bahan bakar untuk menjalankan kapal.
“Baiklah, kita sembunyikan kapal ini di bawah
jembatan,” ucap Yukio.
Tak berapa lama lagi mereka akan melihat dunia
permukaan. Mimpi mereka akan segera terwujud, mimpi mereka akan menjadi
kenyataan. Meski tak segelintir orang yang bisa melakukan itu, terlebih lagi
mereka masih remaja. Akan tetapi, remaja adalah manusia yang akan membawa
manusia ke masa depan yang lebih baik.
Post a Comment