Setiap Yukio dan kawan-kawan ingin mengambil
barang, tingkat keamanan sudah cukup ketat. Mereka hanya bisa bertahan beberapa
menit dan mengambil beberapa barang.
Jika dari sisi keamanan, tempat mereka masuk tidak terlalu mencolok.
“Mungkin mereka telah menyadarinya,” ucap
Hinata lirih.
“Ya, kurasa juga begitu,” timpal Haruka.
Mereka meributkan masalah ini di basecamp yang
bagian dalamnya sudah lengkap dengan peralatan kapal selam. Komponen-komponen
sudah lengkap, meski kapal selam ini tidak mempunyai senjata. Mempunyai kapal
ini saja sudah lebih dari cukup untuk membantu mereka melihat dunia luar. Hizu
dan Hazu terlihat tak bersemangat sedangkan Yukio sudah mulai memukul-mukul jok
depan. Hinata hanya memainkan rambutnya,
Haruka saja yang menggunakan otaknya untuk memikirkan hal itu.
“Jika kita hanya terfokus pada satu masalah,
masalah yang lain tidak akan pernah terpikirkan oleh kita,” ia berdiri sambil
mengepal kedua tangannya, “Kita juga harus mencari cara untuk mengeluarkan
kapal ini ke dunia sana!”
Keempat teman Haruka langsung terdiam dan
langsung menatapnya. Tak beberapa lama kemudian, Hazu berlari meninggalkan
basecamp dengan kecepatan super cepat.
“Hei! Kau mau ke mana, bodoh?” teriak Yukio,
“Huh, dasar bodoh,” timpalnya setelah tak mendapat respon dari Hazu.
Kini mereka tinggal berempat, kembali seperti
tadi. Mereka terperangkap dalam keheningan. Dalam benak Yukio adalah bagaimana
cara melengkapi bagian luar kapal agar terlihat sempurna. Yukio hanya mencoba
bagian mesin, apa sudah bisa digunakan atau tidak. Hizu membantu di bagian
mesin karena ia cukup handal di bagian itu. Hinata dan Haruka bertindak sebagai
orang yang mendesain interior dan eksterior kapal.
***