Berharap masih ada keadilan di antara busuknya ketidakadilan, rasanya seperti membakar tangan dengan api. Kenapa? Saya rasa, jika kami mengambil pilihan lain, maka kami akan menerima manifestasi dari ketidakadilan itu. Secara keseluruhan, ketidakadilan itu sudah lebih besar dari keadilan yang sebetulnya sangat kami butuhkan.
Bukan bermaksud menyombongkan atau memang mungkin terdengar sombong seperti sekarang, tapi apakah dengan adanya mereka akan merusak kami? Mungkin merusak namun dengan perlahan, perlahan dan menusuk tetap lebih sakit daripada langsung hancur.
Mendapat banyak pelajaran dari ketidakadilan jelas kami mendapat banyak dari sana, sangat banyak. Mulai dari bagaimana kami mengontrol emosi, sampai (maaf) memperbudak apa yang perlu dimanfaatkan untuk kepentingan bersama serta mengorbankan perasaan orang lain juga untuk kepentingan bersama.
Memang salah dan benar itu sangat tipis, kalau memang keadilan yang dicari, kami tidak mungkin melakukan hal bodoh seperti ini. Semacam kami diaj ari untuk menjilat ludah sendiri, kasarnya kami diajari berbuat KEBODOHAN --tapi jelas kami tidak akan menerapkannya.
Jangan terima kebodohan, sesakit apapun Anda harus menerima apa yang memang menjadi balasan untuk keadilan yang Anda emban demi kebaikan. Jangan diam dalam ketidakadilan karena Anda takut ikut terjatuh bersama dalam perihnya mencari keadilan.
"Sesekali korbankanlah perasaan orang lain untuk kepentingan bersama - Kak Diong"
Post a Comment